Tuesday, November 8, 2016

Mampukan Mesjid Agung Madani Islamic Center Mengubah Stigma Yang Menimpa Pasirpangaraian?

Keindahan mesjid termegah di Asia Tenggara ini (kabarnya) sudah tersebar ke seluruh Indonesia dan manca negara. Saya sendiri sudah tiga kali ke Pasirpangaraian, dan selalu singgah di mesjid yang sejuk di provinsi yang berudara panas.
Mesjid Agung Madani Islamic Centre Pasirpangaraian tampak depan

Jarak dari Pekanbaru ke Pasirpangaraian sekitar 178 km. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum, mobil rental atau jika Anda ingin banyak bersantai dan menikmati udara segar sebaiknya pakai motor, siapkan peralatan seperlunya jika di jalan ditemui kendala.

Shoot dari salah satu menara mesjid

Sebelum masuk Rokan Hulu, lewat jalan biasa atau Bangkinang dan Rantau Berangin, maka jalan lurus Pekanbaru Bangkinang sejauh 60km dapat dicapai dalam 1,5 jam. Singgah di Bangkinang bagi mereka yang gemar ikan patin dan tapa untuk melepas rindu. Ikan terkenal Kampar ini memang masih banyak tersedia di rumah-rumah makan di Bangkinang.



Selanjutnya, Anda bisa bergerak menuju pertigaan Sumbar dan Rohul di Rantau Berangin menuju Pasirpangaraian. Pertigaan ini masih dalam kecamatan Salo, Kabupaten Kampar. Ujungnya adalah kecamatan Kabun, sebuah wilayah yang memiliki pasar yang cukup ramai dibanding kota kecamatan di Sumbar. Tak lama, sekitar 80km dari Bangkinang, Anda akan sampai di Ujungbatu di mana sebelumnya melewati Tandun. Dari Ujungbatu, lanjutkan perjalanan ke Pasirpangaraian sekitar 40 menit lamanya jika santai berkendara.


kota baru Pasirpangaraian difoto dari menara Mesjid

Masjid Agung Madani Islamic Center berada di wilayah yang baru dibuka di Pasir, sementara pusat kota yang lama seolah tertinggal. Kemegahan bangunan dan jalan raya yang dirancang di sekitarnya telah mengubah wajah Pasirpangaraian dibanding 20 tahun lalu.

Sekarang, Pasirpangaraian dipandang sebagai kota yang akan terus berkembang, seiring dengan kekayaan perkebunan sawit yang dimilikinya. Masyarakat di sini boleh dikatakan sejahtera, terlihat dari bangunan properti yang dimiliki.

Hanya saja, mampukan Mesjid Agung Pasirpangaraian menghapus stigma bahwa wilayah ini yang dulu dikenal sebagai daerah mistik. Banyak isu yang berkembang di Sumbar, Riau dan Jambi bahwa kita mesti berhati-hati jika makan dan minum di Pasirpangaraian. Kenyantaannya, Pasirpangaraian sekarang ini dihuni oleh berbagai suku atau anak bangsa dari agama dan suku berbeda.

Sejauh ini, kemegahan mesjid dan makin berkembang pesatnya kota Pasirpangaraian diyakini membuat orang lupa dengan stigma Pasirpangaraian itu wilayah mistik, kebatinan, teluh dan santet.

Sekarang ini, Pasirpangaraian adalah pusat peradaban Islam yang toleran di Riau. Setuju?




No comments:

Post a Comment